Senin, 09 Januari 2017

Profil Sekolah

                                                              PROFIL SEKOLAH


        1.   Nama Sekolah                  :  SD Negeri 48 Tanjung Pandan
        2.   NSS                                 :  101221355664
        3.   Status                               :  Negeri
        4.   Tahun Berdiri                   :  1988
        5.   Alamat                             :  Jln. Membalong, kelekak usang, desa perawas
        6.   Desa                                :  Perawas
        7.   Kecamatan                       : Membalong
        8.   Kabupaten/Kota               : Tanjung Pandan
        9.   Propinsi                            :  Bangka Belitung
        10. Nilai Akreditasi                : A
        11. Jumlah Rombel/Kelas       :  6
        12. Luas tanah seluruhnya      :  1136 m2
        13. Luas bangunan                  :   665 m2

Profil Diri






Nama   : Sayekti Handoyo Saputra
Nim      : 1300005067
Jurusan : PGSD UAD

Rabu, 04 Januari 2017

Gambar Slogan Pendidikan



Sumber: https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q=slogan%20pendidikan

Selasa, 03 Januari 2017

Link - IPA Kelas 2 Semester 1 Tubuh Hewan dan Tumbuhan

IPA Kelas 2 Semester 1 Tubuh Hewan dan Tumbuhan

Link - Video Pembelajaran IPA kelas V tentang Gaya

Video Pembelajaran IPA kelas V tentang Gaya

Artikel Pendidikan - Ini Empat Alasan Orangtua Siswa Tolak Full Day School



Ini Empat Alasan Orangtua Siswa Tolak Full Day School

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menggulirkan wacana penerapan sekolah sepanjang hari atau full day school untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. 

Kendati mengundang prokontra, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melanjutkan rencana tersebut. Bahkan, Kemendikbud telah memilih 500 sekolah di Jakarta sebagai bagian dari program percontohan full day school

Full day school tidak sepenuhnya diisi pelajaran, melainkan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan membentuk dan mengembangkan karakter, kepribadian, serta potensi anak. 

Untuk mengetahui respons orangtua siswa terhadap full day school, Koran SINDO melakukan jejak pendapat terhadap 400 orang responden. Hasilnya, mayoritas menolak rencana penerapan sistem tersebut. 

Ini alasan responden menolak full day school:

1. Membebani anak secara fisik dan psikologis (88%)
Sebanyak  68% responden menyatakan penambahan jam masuk sekolah hingga sore hari dapat berpengaruh terhadap dua hal. Pertama dari aspek fisik dan yang kedua aspek psikologis. 

Secara fisik, siswa dihadapi pada tantangan ketahanan fisik. Perubahan jam sekolah menjadi lebih panjang bisa membuat siswa lelah, terlebih bagi yang berusia dini. Sementara anak-anak membutuhkan istirahat yang cukup agar bisa berkonsentrasi secara maksimal. 

Secara psikologis, penambahan jam belajar juga akan berpengaruh terhadap tingkat stres anak. Banyaknya beban bisa mempengaruh aspek ini. Pun, siswa sekolah dasar cenderung mudah bosan. 

Mereka membutuhkan sarana lain untuk melepas kebosanan yang mungkin bisa didapat melalui lingkungan di luar sekolah, seperti teman di rumah ataupun keluarga, Dengan adanya "paksaan"ini kehidupan sosialisasi anak dengan teman dan keluarga di rumah pun turut terancam. 

2. Belum diperlukan, segerakan yang lebih penting (7%)

Program full day school juga dinilai belum mendesak. Masih banyak persoalan krusial yang dihadapi dunia pendidikan saat ini dan butuh penanganan segera. Semisal kualitas tenaga pengajar atau fasilitas pendidikan yang belum memadai.

Masih adanya pungutan di sekolah dan ketimpangan mutu pendidikan di berbagai tempat di daerah turut menjadi persoalan yang seharusnya diprioritaskan dan bisa segera mendapat solusi. 

3. Prasarana dan sarana antardaerah tidak sama (3%)

Penerapan full day school di Indonesia tidak bisa disamaratakan karena bergantung pada sarana dan prasarana yang mendukung. Seperti fasilitas sekolah serta regulasi lain yang menjadi pengokoh kebijakan ini

4. Perbedaan latar belakang ekonomi (2%)

Untuk daerah pelosok, penerapan kebijakan dinilai belum layak, terutama dilihat dari kacamata ekonomi yang dikaitkan dengan pola kebiasaan. Pasalnya, tidak sedikit masyarakat di daerah bermata pencarian nelayan dan petani yang membutuhkan bantuan anaknya dalam mencari nafkah.

Dengan adanya kebijakan ini, otomatis ada konsekuensi yang harus mereka tanggung, yakni kehilangan dukungan tenaga yang berpotensi mempengaruhi pendapatan. 


http://nasional.sindonews.com/read/1143115/144/ini-empat-alasan-orangtua-siswa-tolak-full-day-school-1475093733/10

Video Pembelajaran Perjuangan Para Pahlawan


https://www.youtube.com/watch?v=sN1SeAUf_uE

Berita Pendidikan - Bahasa Inggris Dihapus, Lembaga Pendidikan Senang, Kok Bisa

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana meniadakan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk kurikulum Sekolah Dasar (SD). Rencana itu  disambut baik oleh para pengelola dan staf di tempat kursus Bahasa Inggris, meski mereka mengatakan langkah itu tidaklah tepat.

Salah satunya adalah Lembaga Pendidikan Indonesia Amerika (LPIA) di Jalan Margonda, Depok. Menurut kordinator Bahasa Inggris LPIA, Putu Widiasastra, penghapusan pelajaran Bahasa Inggris memang tidak tepat karena anak-anak perlu mempelajari bahasa dunia ini sejak dini. Selain itu, Bahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan bagi siswa, bahkan untuk siswa sekolah dasar. 

"Sebagai pengajar, penghapusan Bahasa Inggris untuk siswa SD itu disayangkan," ungkapnya. 

Meskipun begitu, ia juga mengaku menyambut dengan baik apabila wacana tersebut memang dilaksanakan. Pasalnya, jika wacana tersebut memang dilaksanakan, maka akan mempengaruhi jumlah siswa yang mendaftar di lembaga tersebut yang dinilai akan semakin meningkat. 

Sastra mengakui, dihapusnya mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar akan berdampak pada banyaknya siswa yang akan belajar di lembaga pendidikan Bahasa Inggris. Menuru dia itu dikarenakan orang tua siswa sudah menyadari pentingnya pembelajaran Bahasa Inggris sejak dini.

"Kalau sebagai pengajar di lembaga, saya menyambut dengan baik karena siswa yang mendaftar kemungkinan lebih banyak meskipun jumlahnya tidak akan drastis," kata Sastra. 

Ia menambahkan pentingnya Bahasa Inggris bagi siswa untuk dipelajari karena pelajaran ini merupakan bahasa internasional. "Jika ingin maju, Bahasa Inggris penting untuk dipelajari," tambahnya.  

Sementara itu, Ryan, siswa kelas lima sekolah dasar, mengaku meskipun ia sudah mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris di sekolahnya, ia juga masih mengikuti kursus privat Bahasa Inggris. "Saya juga belajar les bahasa Inggris di rumah, disuruh mama," katanya.

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/12/11/05/md0kkx-bahasa-inggris-dihapus-lembaga-pendidikan-senang-kok-bisa